Review Novel Sisi Tergelap Surga Karya Brian Khrisna
Sisi Tergelap Surga merupakan novel yang sudah lama aku incar sebab banyak teman-teman bookstagram yang mengatakan kalau novel ini bagus. Mengangkat sisi kehidupan dan bisa memicu air mata karena bersimpati pada kehidupan para tokoh di dalamnya.
Namun, sebelum memutuskan untuk membaca Novel ini. Dibutuhkan pikiran yang jernih dan pendirian yang kuat tentang batas norma agama, sosial, masyarakat dan norma lainnya. Sebab, Novel ini menyajikan kisah hidup manusia yang memang terjadi dan beririsan dengan agama yang dianut oleh mayoritas orang Indonesia. Namun, konflik yang disajikan tidak mudah.
Jika novel ini diibaratkan untuk menggali rasa kemanusiaan, tentu bisa dijadikan rekomendasi. Tidak banyak berisi kisah percintaan yang membuat beregup. Kebanyakan justru sedikit pilu dan tetap apa adanya seperti yang terjadi dalam kehidupan.
Baik dan buruk banyak dipertentangkan namun seringnya berdiri sejajar. Inilah yang membuatku memberikan warning bahwa Novel ini berisi pemerkosaan, tindakan asusila, penyimpangan, kekerasan seksual, kekerasan fisik, perkataan buruk dan hal tidak menyenangkan lainnya.
Dikhususkan untuk pembaca yang sudah berusia 20 tahun ke atas untuk menjadikan pesan moral dalam novel ini bisa diterima dan dicerna dengan baik.
Kartu Tanda Buku
Judul : Sisi Tergelap Surga
Penulis : Brian Khrisna
Tebal : 304 halaman
Bahasa : Indonesia
Format : Ebook Gramedia Digital
Diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama
ISBN : 9786020674384
Sisi Tergelap Surga Sebuah Novel Ringan Dengan Wajah Kehidupan Kelas Menengah ke Bawah
Novel ini menggunakan sudut pandang orang ketiga dengan fokus bergantian antar tokoh di dalamnya. Ada banyak kehidupan yang diangkat.
Syamsuar seorang pedagang nasi goreng yang dahulunya adalah bandar togel terkenal dan sukses. Ia sudah berkali-kali mendekam di dalam penjara dan bisa sukses keluar dengan menyogok. Namun, laporan dari ketua RT yang menjabat saat itu, membuatnya mendekam di penjara dan hendak membalas dendam. Setelah keluar dari penjara, justru pak RT tersebut sudah meninggal dunia. Ia sempat galau dan memikirkan untuk kembali menjadi bandar togel, namun perbincangannya dengan seorang pemuda yang hampir dibogem massa, membuatnya membuka lembaran kisah yang tak pernah diketahui sebelumnya.
Ada Tomi, pentolan di kampung dan beberapa daerah lain yang mengenalnya. Tidak ada yang berani dengan sosok Tomi. Bahkan, namanya saja sering dijadikan momok untuk menakuti anak-anak yang tidak mau menurut dengan ibu mereka. Seorang lelaki yang memang kuat, menjadi bos besar di terminal dan menjadi pentolan di kampung tersebut. Tomi. Meski sering membela banyak orang, memasang badan untuk membela mereka yang menurutnya tak patut dihakimi, bukanlah suami yang baik. Ia sering melakukan KDRT di rumahnya. Dan siapa yang mampu melerai kedua pasangan suami istri ini ketika berantem? Tidak ada, meski memang ada satu orang, tapi orang inipun tidak lagi mau turun tangan melerai.
Begitu pula dengan Gofar, sosoknya memang sering mampir di kehidupan tokoh lainnya. Tapi, hanya pada tiga anak perempuan Pak Badut Ayam saja jasanya selalu diingat. Seorang pemuda yang patuh pada ibunya. Lulusan terbaik di STM. Ditinggal pergi oleh bapaknya di usia yang masih sangat kecil. Dan memutuskan menjadi pelaku curanmor juga begal yang berkali-kali mendapat bogem oleh masyarakat. Ini ia lakukan demi pengobatan ibunya.
Pengorbanan lain juga dijalani oleh Danang. Seorang lelaki yang tampak normal bagi banyak warga. Dianggap paling normal dibanding pemuda lain yang tinggal di kampung tersebut. Ia bekerja demi menguliahkan adiknya hingga lulus. Namun, pemuda yang juga pernah mengenyam pendidikan di pondok pesantren ini, memiliki pekerjaan yang membuatnya hampir diusir dari kampung tersebut. Kalau bukan karena Tomi yang membelanya dan kejadian naas yang menimpa Leha dan Ujang, mungkin Danang akan dikeroyok sambil diusir.
Demikian juga Karnayo yang bekerja sebagai office boy di sebuah Mall. Pekerjaannya tak jauh-jauh dari toilet. Membersihkan kotoran dan juga WC yang mampet. Tetap berusaha baik-baik saja meski rasanya ingin menyerah.
Sama seperti pak Badut Ayam yang lebih getir lagi mencari nafkah demi tiga gadis di rumah yang ditinggal pergi ibu mereka. Kemiskinan tak membuat anak-anaknya menyerah. Ketiganya berupaya menjajakan dagangan untuk menambah pendapatan demi memenuhi perut mereka yang pada akhirnya pun tidak cukup juga.
Juga Rini dan Juleha, dua perempuan yang tinggal di kampung dan memiliki pekerjaan sebagai wanita penghibur. Keduanya meski pekerjaan sama, memiliki perjuangan yang berbeda. Leha yang harus menghidupi anak lelaki semata wayangnya, Ujang. Sementara Rini, yang harus berjuang demi mengirim uang ke kampung sambil mencari pujaan hatinya yang mau menerimanya.
Semua warga di kampung tersebut memiliki kisah pahit dan getir masing-masing. Seperti tiga remaja yang tinggal di pos kamling. Juga sosok Pak Sobari dan Bu Nunung yang berjasa bagi Ujang. Demikian juga Brian dan Tikno yang masing-masing punya perjuangannya sendiri. Kegelisahan yang sering membuat mereka lelah. Namun, harapan bahwa hari esok akan lebih baik lagi adalah yang afirmasi terbaik yang menguatkan langkah mereka.
Perjuangan Hidup Manusia Dari Hari ke Hari
Novel ini mungkin bisa membuatmu yakin bahwa memang kehidupan hari esok akan lebih baik. Meski, baik ini memang tak seperti yang diharapkan. Karena, kebaikan itu bentuknya berbeda dan seringnya tak terasa.
Ada banyak kepasrahan mendominasi di cerita karya kak Brian ini. Mengisahkan kisah di balik wajah-Wajah yang tinggal di kampung di sudut Ibu Kota. Kisah yang seringnya membuat kita iri dengan kehidupan orang lain, padahal yang mereka jalani belum tentu memang seenak itu.
Juga tentang pilihan hidup dan pekerjaan yang mereka geluti. Tenang saja, Novel ini menawarkan solusi dan kehidupan yang baik hingga ending yang adil. Meski tidak dipungkiri, mereka semua mengawalinya dengan sesuatu yang terpaksa. Karena kehidupan kadang memaksa mereka untuk tetap hidup meski dengan pilihan yang salah.
Jika dirimu sedang memperjuangkan kehidupan, sama seperti tokoh-tokoh di dalam Novel ini, sesekali lelah dan ingin menyerah. Bacalah Novel ini, siapa tahu bisa menjadi teman senasib seperjuangan yang bisa mendatangkan semangat untuk terus melangkah esok hari.
Kisah Pak Sobari dan Nunung
Tidak ada satupun manusia di bumi ini yang tidak memiliki luka. Itu yang aku percaya.
Demikian juga kisah pak Sobari dan Nunung yang pernah kehilangan anak mereka karena sakit dan meninggal dunia saat kecil. Kejadian yang mengubah Sobari menjadi tak begitu mau peduli, meski masih tetap peduli dengan keterbatasannya.
Kedua suami istri inilah yang menjadi tempat Ujang mendapatkan kasih sayang sambil menunggu ibunya pulang dari bekerja. Ujang, seorang anak lelaki yang sama usianya seperti anak mereka. Diasuh dengan penuh kasih sayang seperti keduanya menyayangi anak mereka yang sudah meninggal dunia.
Di rumah ini pulam, Ujang bisa menjadi anak-anak seperti pada umumnya. Mendapatkan makanan yang cukup dan bisa menonton televisi. Juga bisa memainkan mainan yang tidak ada di rumahnya.
Pak Sobari dan Nunung, tokoh favorit yang selalu aku nantikan kisahnya di Novel ini. Keduanya memiliki perjuangan yang tidak mudah juga. Tapi, tidak pernah menutup pintu dari anak-anak yang membutuhkan kehangatan barang sejenak. Bahkan, tidak pelit untuk berbagi pada mereka meski kehidupan keduanya pun tidak berlimpah.
Dari pak Sobari dan Nunung, ada kemasan kebahagiaan yang seringnya diremehkan. Menjadi sebuah pembelajaran yang manis. Keromantisan yang tidak melulu dengan uang dan bunga. Tapi, dengan salim takzim sambil menghabiskan waktu berdua meski tanpa suara.
Kenapa Novel Ini Layak Dibaca ?
Aku akan memberikan pendapat pribadiku, kenapa aku merekomendasikan Novel ini untukmu yang sudah cukup usia.
Bertahan hidup tak hanya melulu demi diri sendiri. Bertahan demi orang lain pun, jika itu bisa mendatangkan semangat untuk terus melangkah esok hari, tetap lebih baik.
Tetaplah solat, meminta pada Allah saat lapang maupun sempit. Di novel ini, tokoh-tokohnya banyak yang menunaikan solat tahajud dan berdoa, berserah diri pada Nya demi mendapat rezeki untuk mengisi perut hari itu.
Baik dan buruk memang sering menyisakan tirai abu-abu. Pelajarilah banyak ilmu hingga kamu tahu bahwa mencibir pekerjaan orang yang dilarang agama adalah tindakan buruk. Bahwa, surga dan neraka bukan ditentukan oleh cibiran.
Menikah lah saat kamu siap. Bukan sekadar siap secara hati. Bukan juga siap dari ucapan. Tapi, juga siap secara pekerjaan, penghidupan yang layak, pendapatan, siap sudah berdamai dengan masa lalu dan siap menerima seseorang meski dengan masa lalu yang buruk.
Belajar memahami setiap individu, bahwa ada banyak kisah dalam kehidupan mereka. Sehingga bisa membuat kita bisa sedikit menghargai dan menghormati siapa saja sebagai individu manusia.
Menyayangi anak-anak bukan kesalahan. Bisa jadi melalui perpanjangan tangan kita, anak-anak tersebut bisa melewati hari berat yang menyapa mereka di pagi hari. Seperti ketulusan Gofar pada tiga gadis anak pak Badut Ayam.
Tetaplah baik, meski kehidupanmu berat, meski perutmu keroncongan, meski utangmu belum lunas, meski pendapatanmu tidak banyak, meski lelah menerjangmu, teruslah berbuat baik karena suatu hari nanti kebaikan itu akan datang padamu dalam bentuk yang tak kau sangka-sangka.
Kutipan Favorit Dari Novel Sisi Tergelap Surga
“Di kampung itu, pagi hari berarti bertahan hidup sekali lagi.”
“Kita semua sadar. Itu semua cuma salah satu cara buat bertahan hidup.”
“Sebab, salah satu cara terbaik untuk bisa menikmati hidup adalah dengan memiliki keberanian untuk meninggalkan apa yang sudah semestinya ditinggalkan.”
“Sedosa-dosanya kamu, tetaplah dirikan solat. Sebab urusan solatnya diterima atau nggak, itu sudah bukan ranah manusia lagi, itu urusan tuhan.”
“Semua punya cara sendiri-sendiri untuk bertahan hidup di kota ini.”
“Sederhanalah. Maka sesederhana itu pula caramu merayakan kebahagiaan.”