Eksistensi Sustainable Fashion di Indonesia 2025


Novieta @cintabumiartisans

“Penciptaan karya dalam fashion upcycling ini prosesnya dengan berpikir terbalik dari proses fashion pada umumnya. Yaitu apa yang ada di sekitar kita dan bagaimana diaplikasikan dalam desain dan karya fashion tersebut.”


sustainable fashion

Tahun 2025 ini masyarakat Indonesia sudah mulai beradaptasi dengan kata ‘Hijau’ yang merujuk pada keseimbangan alam maupun penjagaan alam. Istilah ‘Ekonomi Hijau’ dari semua sektor sudah mulai banyak menunjukkan eksistensinya.

Sebagai contohnya yang sedang banyak digaungkan adalah Fashion Sustainability. Sebuah gerakan yang dibangun akibat sampah fashion berupa pakaian yang semakin menumpuk.

Data yang tersajikan dari Global Fashion Agenda 2023, tercatat sampah fashion ini mencapai 92 juta ton menumpuk di Tempat Pembuangan Akhir setiap tahunnya. Yang meresahkannya lagi, limbah dari industri fashion ini sangat sulit terurai di dalam tanah.

Karena itu Fashion Sustainability yang memfokuskan industri fashion dengan proses yang berkelanjutan dan juga ramah untuk lingkungan hadir sebagai solusi.

Maksud dari berkelanjutan bukan saja dari segi keuntungan yang terus berlanjut tapi juga dari sektor alam yaitu lingkungan yang terus terjaga kebersihan, kelestarian dan keberlangsungan hidupnya.


Pakaian Termasuk Sampah Anorganik


Industri fashion di Indonesia yang belakangan memang melaju terlalu pesat mengakibatkan penumpukan pakaian yang sama pesatnya. Sementara penangannya masih cenderung minim.

Sumber sampah fashion ini meliputi pakaian bekas atau yang tidak dipakai lagi, handuk, karpet, sprei dan semua kain yang tidak lagi digunakan. Dampak dari penumpukan sampah ini mengakibatkan :

  • Lingkungan tercemar
  • Merusak kualitas tanah dan air akibat mikroplastik yang bersumber dari serta tekstil
  • Penumpukan sampah yang terjadi di TPA karena sulit diurai di dalam tanah

Indonesia sendiri menduduki peringkat ke-5 di dunia sebagai negara penyumbang sampah terbesar, data ini diambil dari Atlas Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 2023 yang dimiliki Bank Dunia.

eco printing

Sementara, problematika Indonesia bukan hanya sampah, tapi juga semua sektor yang mengakibatkan alam di Indonesia sudah banyak mengkhawatirkan. Dari mulai udara hingga bencana alam yang muncul akibat kerusakan alam yang sudah parah.

Karena itu, kehadiran individu maupun kelompok masyarakat yang sudah mulai menyadari kerusakan ini memulai langkah mereka demi Sustainability dalam setiap aktivitas masyarakat.

Salah satunya kehadiran Fashion Reimagined : Upcycling Waste into Wearable Art yang juga menjadi judul webinar komunitas #EcoBloggerSquad hari Jumat yang lalu. Merupakan sebuah gerakan yang fokus pada pemanfaatan produk fashion yang ada dan menjadikannya sebuah karya yang lebih indah dan bermanfaat serta memiliki sisi ekonomis yang menguntungkan.

Sudah dibuktikan oleh teman-teman dari komunitas @cintabumiartisans yang berlokasi di Bali.

eco printing

Perkembangan Industri Sustainable Fashion di Indonesia


Konsep berkelanjutan seperti yang sudah disebutkan di atas tadi, meliputi juga pada proses produksi, distribusi, pemasaran hingga konsumsi. Tujuan dari kehadiran Fashion Berkelanjutan ini demi mengurangi dampak negatif dari limbah pakaian.

Dampak negatif ini tentunya tidak hanya dirasakan oleh masyarakat di sekitar TPA saja. Tapi, menyebar ke semua wilayah di Indonesia. Mulai dari pemanasan global hingga perubahan cuaca ekstrim yang sudah terjadi.

Sadar atau tidak, mulai dari tahun 2024 hingga tahun 2025 ini, cuaca di Indonesia tidak menentu. Tidak lagi mengikuti jadwal musim yang sering diketahui dari kecil. Yang ada banjir menghadang di bulan-bulan yang seharusnya kemarau. Serta panas menyengat di bulan-bulan yang semestinya hujan mengguyur.

Meski tidak banyak yang merasakan keresahan ini, bersyukur masih banyak kelompok masyarakat yang mau bahu-membahu mengurangi dampak negatif agar tidak menjadikan lingkungan dan alam Indonesia semakin ‘pesakitan’ dan ‘kritis’.

Kehadiran Cinta Bumi Artisans Sebagai Salah Satu Kelompok Pelaku Industri Sustainable Fashion di Indonesia


“Ada ruang bagi setiap orang dan kontribusinya untuk menjaga sustainability atau keberlanjutan yang bisa diupayakan baik secara individu maupun kolektif.” - Novieta @Cintabumiartisans

Berlokasi di Bali, teman-teman dari komunitas Cinta Bumi Artisans yang diwakili oleh kak Novieta membagikan pengalamannya sebagai penyedia produk-produk Eco Print. Yang dihasilkan dari @cintabumiartisans ini bukan hanya pakaian dan kain saja tapi juga tas hingga buku dengan sampul dan pengemasan yang sumbernya dari alam.

Meski bersumber dari alam, proses produksinya bukan memanfaatkan langsung secara besar-besaran. Tapi, memanfaatkan sampah yang bersumber dari alam. Seperti batang kayu, bunga hingga daun.

Biasanya sampah daun dan bunga ini banyak digunakan sebagai bahan kompos. Tapi, ternyata masih bisa dimanfaatkan juga untuk kebutuhan industri fashion.

Dengan cara menjadikan sampah dari alam tersebut sebagai pewarna alami dan pola natural yang dipadukan pada material yang ada.

“Pada prosesnya, sustainable fashion ini kebalikan dari fast fashion. Produk fashion yang dihasilkan dimulai dari material yang ada kemudian baru diolah menjadi sebuah produk,” jelas kak Novieta sewaktu berbagi dengan teman-teman Eco Blogger Squad hari Jumat (28 Februari 2025) lalu.




sustainable fashion indonesia


Sederhananya begini, produk seperti kain maupun pakaian yang masih layak dipakai ini sebagai Mindful Materials yang nantinya akan dikreasikan dengan pewarnaan yang alami dari alam.

Sebagai tindakan yang bertanggung jawab dengan keberlangsungan alam, teman-teman dari @cintabumiartisans juga memilih bahan dari alam secara hati-hati. “Kapan saat tanaman sedang rimbun atau sedang meranggas, kalau kain yang tersedia apa? Semisal material yang tersedia itu kaos putih yang sudah kotor. Maka bisa dikreasikan kembali dengan pewarna alam,” demikian pemaparan kak Novieta terkait proses sustainable fashion melalui Eco Printing.

Bahkan, jika dalam prosesnya menggunakan beberapa tanaman maka proses Re-grow atau menanam kembali tanaman tersebut harus dilakukan. Sebagai bagian dari bentuk tanggung jawab pelaku usaha pada lingkungan yang sudah menyumbangkan materials bagi proses kreasi hasil usaha.

Di studio Cinta Bumi Artisans ada terdapat banyak sekali tanaman yang ditanam sendiri. Ada kenikir, tanaman indigo, harendong dan banyak lagi yang dijadikan material untuk pewarna alami.

Bahan pewarna alami ini tidak hanya dijadikan pewarna menyeluruh tapi juga dijadikan pola pada pakaian. Mulai dari menggunakan teknik melukis dengan pewarna alami hingga Eco Print dengan menempelkan material dari alam pada kain yang ingin diwarnai dan diberikan pola.

Kegiatan fashion berkelanjutan ini bisa juga dilakukan secara individu. Dengan menggunakan pakaian yang ada di rumah kemudian dikreasikan tanpa dirusak atau dihancurkan terlebih dahulu (upcycling).

Kreasi seperti Eco Printing yang dilakukan oleh teman-teman dari komunitas @cintabumiartisans ini bisa juga dilakukan dari rumah. Caranya dengan menggunakan salah satu material kain dari bahan sutra, linen, katun, tencel, rami atau hemp.

Kenali 4 Tahap Eco Printing Sebagai Bagian Sustainable Fashion


Scouring

merupakan tahan pencucian material kain dengan air panas yang dicampur sabun ramah lingkungan seperti sabun minyak kelapa, sabun kemiri atau sabun lerak. Fungsinya untuk membuka pori-pori serat pada kain serta meluruhkan lapisan kanji yang terdapat pada kain.

Mordanting

sebuah proses pembukaan serat agar bisa menyerap warna dari bahan pewarna alami.

Eco Printing

yang merupakan proses utama terjadinya pewarnaan dan pencetakan alami tumbuhan pada kain. Bisa juga diaplikasikan pada kertas maupun benang.

Finishing

pada proses eco printing ini menghabiskan waktu 5 hingga 7 hari dimana setelah kain didiamkan akan dibilas sebagai tahap akhir.

Cara Mordanting Pada Kain Untuk Teknik Eco Printing


eco printing

Dikutip dari buku berjudul “Yuk Membuat Eco Print Motif Kain Dari Daun dan Bunga (Tutorial Untuk Pemula)” yang ditulis oleh Nining Irianingsih dan diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama dan saya baca di aplikasi Gramedia Digital. Proses mordan kain ini merupakan proses dimana kain akan diolah untuk meluruhkan lapisan kanji yang melekat.

Bahan yang digunakan bisa menggunakan larutan kapur atau larutan tunjung atau juga larutan tawas. Untuk cara memordan kain yaitu :

1. Larutkan 3 liter air bersih dengan 30 gram bahan mordan. Aduk rata dan rendam kain semalaman. 2. Lakukan di sore hari dan bilas pada pagi harinya.
3. Rebus kain dan air mordan sampai mendidih selama 1 jam. Namun untuk kain sutera atau semi sutera sebaiknya tidak perlu direbus.
4. Biarkan dingin kemudian bilas kain dengan air bersih dan jemur dengan bentangan yang rata.
5. Setelah itu kain siap digunakan, jika kain tampak kusut bisa disetrika.

sustainable fashion

Pemilihan Material Alam Sebagai Pewarna dan Pola Alami

Faktanya tidak semua daun dan bunga bisa digunakan sebagai material untuk eco print. Karena itu, di dalam buku Yuk Membuat Eco Print Motif Kain Dari Daun dan Bunga (Tutorial Untuk Pemula) ini menyertakan beberapa material yang bisa digunakan sebagai panduan untuk melakukan proses eco printing dari rumah.

Walaupun sebenarnya ada banyak jenis daun maupun bunga yang bisa dijadikan motif pada kain. Asalkan sesuai dengan kriterianya seperti daunnya saat diremas akan mengeluarkan warna dan aroma, juga pemilihan daun yang tidak terlalu tua. Serta penggunaan daun yang gugur namun masih berwarna kuning. Maka material alami ini bisa digunakan untuk eco printing.

Beberapa informasi jenis daun dan bunga di bawah ini sebagai panduan saja. Jika ingin praktek di rumah dan eksplorasi untuk mengetahui lebih banyak, bisa mengikuti kriteria utama material alami yang cocok untuk dijadikan motif.

eco printing

Jenis Daun Untuk Eco Printing :

  • Daun Jati
  • Daun Afrika / Daun Insulin
  • Daun Pepaya
  • Daung Mangga
  • Daun Ketapang
  • Daun Eucalyptus
  • Daun Kembang Telang
  • Daun Jarak
  • Daun Mengkudu
  • Daun Katuk
eco printing

Jenis Bunga Yang Bisa Digunakan Untuk Eco Printing :

  • Bunga Telang
  • Bunga Bougenville
  • Bunga Kenikir
  • Bunga Mawar
  • Bunga Kaliandra

Tidak heran kalau di studio @cintabumiartisans ditanam beberapa tanaman salah satunya kenikir. Sebab bunganya bisa digunakan sebagai pewarna dan pemberi motif alami pada kain.


Proses eco printing ini sebenarnya sudah lama ada. Namun, saat ini hasil kreasi ini sudah sangat dibutuhkan agar industri fashion di Indonesia bisa berkelanjutan bukan hanya dari sisi ekonomi tapi juga dari penjagaan lingkungan sebagai bentuk tanggung jawab pada alam yang sudah memberikan manfaat bagi kehidupan.


sustainable fashion

Penutup


Teknik eco printing ini merupakan pemindahan pola dedaunan dan bunga yang menjadi material dari alam ke atas permukaan kain yang bisa didapat dari limbah pakaian yang masih bisa digunakan.

Selain mengurangi jumlah limbah pakaian, teknik Eco Printing ini termasuk dalam gerakan Fashion Reimagined : Upcycling Waste into Wearable Art. Sebab, menggunakan material fashion yang masih layak dan bisa digunakan dengan menggabungkan material alam untuk desain kreasinya sehingga memiliki nilai seni juga nilai ekonomi.

Melalui penuturan kak Novieta di sesi webinar bersama komunitas Eco Blogger Squad beliau mengatakan permintaan kain dengan teknik Eco Printing ini cukup tinggi. Namun, kondisi lingkungan di Bali yang saat ini sedang kekurangan air bersih. Membuat kak Novieta dan teman-teman di komunitas Cinta Bumi Artisans, menolak permintaan pesanan demi menghemat air sebab dalam prosesnya membutuhkan banyak air. Ini adalah bentuk pertanggungjawaban pelaku usaha pada alam dan lingkungan di sekitarnya.

Postingan Terkait

Cari Blog Ini

Member of

Member of