Perjuangan Kelompok Adat Menjaga Hutan

kelompok adat


Bulan Agustus ini ada banyak peringatan hari nasional dan internasional yang cukup menarik. Seperti hari Hutan Indonesia tanggal 7 Agustus. Kemudian, Hari Masyarakat Adat Internasional yang jatuh tanggal 9 Agustus. Ada juga Hari Konservasi Alam Nasional yang jatuh tanggal 10 Agustus dan pastinya ada Hari Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus.

Hari-hari nasional dan internasional bulan ini banyak berkaitan dengan lingkungan hidup di sekitar kita. Bersamaan dengan hari kemerdekaan, menjadi pengingat bahwa kita adalah negara yang merdeka. Sudah semestinya, kita juga merdeka dari pengrusakan alam, merdeka untuk mengelola hutan, merdeka menjaga wilayah adat, merdeka untuk tetap menjalankan adat untuk menjaga keseimbangan alam serta merdeka untuk tetap menjaga tanaman asli tanpa harus diganti dengan tanaman yang ditujukan untuk komersil.


Mari Merdeka Dengan Membersamai Masyarakat Adat Menjaga Alam

masyarakat adat


Merdeka Mengelola Hutan Adat

Dalam kesehariannya, masyarakat adat ini selalu menerapkan hukum adat yang berlaku demi keberlangsungan alam. Saat mereka mengambil sumber makanan hingga sumber untuk keberlangsungan hidup mereka. Mereka akan mengambil secukup dan seperlunya. Kesadaran ini sudah dipupuk sejak kecil dan menjadi kebiasaan yang terus mengakar. 

Setelah diambil secukupnya, sumber dari hutan tersebut akan dibiarkan terlebih dahulu hingga bisa bertumbuh kembali. Bahkan, hukuman adat yang diberlakukan di beberapa masyarakat adat. Mengharuskan mereka yang dikenakan sanksi untuk menanam dan merawat pepohonan yang rusak akibat bencana alam.

Setiap aktivitas harian mereka tidak pernah lepas dari kegiatan yang berkesinambungan dengan alam. Mereka sudah sangat sadar bahwa jika mengeksplorasi hasil hutan secara berlebihan, tentu akan berakibat buruk bagi mereka. Juga, bisa membuat nantinya sumber kehidupan mereka habis di masa depan.

kelapa sawit


Merdeka Menjaga Wilayah Adat

Kehidupan memang terkadang mempertemukan dan membenturkan kita dengan kepentingan orang lain. Namun, seringnya kepentingan tersebut justru merugikan salah satu pihak. Seperti ketika masyarakat adat mulai kehilangan wilayah adat mereka hanya demi kepentingan perusahaan yang ingin menggunakan lahan adat menjadi tempat pengucuran pundi-pundi kekayaan.

Seperti mengambil alih lahan yang sebelumnya merupakan wilayah adat. Untuk dijadikan lahan kelapa sawit sebab di Indonesia penjualan kelapa sawit sangat menguntungkan. Sayangnya, dengan mengalih-fungsikan lahan yang sebelumnya bukan lahan untuk penanaman sawit. Justru bisa berimbas bukan saja wilayah adat ini berkurang, tapi ketidakmampuan masyarakat adat untuk menjaga keseimbangan alam.

Penanaman tanaman yang digunakan untuk kepentingan bisnis demi keuntungan semata. Seringnya menjadikan tanah dan lahan tersebut ditebang secara besar-besaran. Sehingga deforestasi semakin bertambah. Mengakibatkan berkurang pula penghasil oksigen yang nyatanya bukan saja dibutuhkan bagi manusia di sekitar wilayah adat. Tapi, ternyata untuk seluruh masyarakat di berbagai tempat.

Karena itu, diharapkan adanya upaya dari pemerintah yang tegas dalam mengatur wilayah adat agar tidak mengalami pengurangan. Apalagi kesadaran dan pemahaman pemerintah harus sejalan dengan lingkungan asli di wilayah setempat. Meski sama-sama pohon, tapi penanaman kelapa sawit, justru seringnya membuat rusak ekosistem di hutan setempat. Jadi, biarkanlah hutan menjadi apa adanya dengan tanaman dan tumbuhan yang memang asli tumbuh di wilayah tersebut.

hutan indonesia


Merdeka Menjaga Keseimbangan Alam

Kemerdekaan yang sudah didapat oleh Indonesia. Semestinya bisa dirasakan oleh banyak pihak. Menjaga keseimbangan alam bukan berarti menolak pembangunan. Tentunya, memang sering berbenturan antara pembangunan yang ada dengan pemusnahan lahan tempat dibangunnya fasilitas untuk masyarakat sekitar.

Namun, selalu ada solusi dan jalan tengah untuk semua itu. Dengan penyegeraan penanaman kembali, reboisasi hutan yang rusak, pemulihan lahan dengan cara yang aman untuk lingkungan. Serta, bekerjasama dengan pihak masyarakat adat untuk mencari solusi tersebut tanpa harus menjadikan mereka kambing hitam atas penolakan pembangunan. Toh, sebenarnya masyarakat adat bukan menolak pembangunan, mereka hanya berupaya untuk menjaga apa yang semestinya dijaga demi Indonesia yang lebih baik. 


Postingan Terkait