Review Novel Ping Pong Fight Karya Dyah Rinni
KENAPA AKU ME-REVIEW NOVEL OLAHRAGA PINGPONG
Hai, bagaimana kabar hari ini?
Beberapa waktu lalu ada perayaan bazar buku yang diadakan oleh Gramedia. Namanya Semesta Buku. Mungkin beberapa pembaca buku sudah mengetahui event tahunan ini.
Jadi, sudah dapat berapa banyak buku di event diskonan besar-besaran di Semesta Buku?
Aku merasa sangat beruntung karena bisa mendapatkan beberapa buku dengan harga super murah. Paling mahal buku yang aku dapatkan seharga 35 ribu.
Seperti buku yang akan aku ceritakan sedikit ini. Buku yang termasuk underrated dan tidak banyak yang mengulas.
Padahal buatku, buku ini sangat worth to read. Terutama karena mengangkat kisah tentang Olahraga Pingpong. Jenis olahraga yang jarang banget diangkat kecuali sedang menyeritakan kisah seorang legenda Pingpong.
Selebihnya, bahkan banyak yang masih awam dengan olahraga ini.
Karena itu, Pingpong Fight catched my eyes at first glance. Jatuh cinta pada pandangan pertama dan ternyata ceritanya cukup menarik.
Mengangkat tema perjuangan, persahabatan dan kekeluargaan. Namun, novel ini tetap dilabeli untuk usia 15 tahun.
Aku tahu kenapa? Sebab, masalah keluarga di dalam novel ini cukup kompleks. Jadi, bisa dikatakan agak berat kalau dibaca sama usia muda di bawah 15, bisa jadi meski mengalami hal yang sama, tetap akan mendatangkan dampak yang bisa saja tidak diinginkan.
Baiklah, aku akan mulai bercerita tentang Pingpong Fight.
RATING BUKU
Plot Cerita
Perkembangan Karakter
Penyelesaian Konflik
Explorasi Keseluruhan Karakter
NOVEL TENTANG OLAHRAGA PING PONG
Kisah antara dua bocah lelaki yang merupakan tokoh utama dalam novel ini. Dari sudut pandang keduanya, cerita dirajut.
Nama panggilannya Jaki, dia anak yang dijadikan ACE di klub Pingpong yang diasuh Ramzan. Sosok bocah lelaki yang sebenarnya punya talenta. Tapi, memiliki mental yang tidak stabil.
Terutama jika terkait pengalaman traumatis yang pernah ia alami. Memang, meski berprestasi sayangnya Jaki merupakan anak yang mudah sekali dirundung.
Di klub Pingpong tempatnya latihan, Jaki memang selalu menjadi nomor satu. Di pertandingan juga, dia sering menampakkan nyalinya. Tapi, setiap kali bertemu dengan Gora, musuh bebuyutan nya, justru di sinilah pangkal masalahnya. Jaki bisa tiba-tiba ciut nyalinya.
Tentunya jadi memengaruhi pergerakannya dan akhirnya membuat timnya kalah. Hingga kemudian, Gora dengan santainya mengatai mereka sebagai “klub pecundang”.
Suatu ketika Jaki tak sengaja bertemu dengan sosok Dion. Pertemuan yang tidak menyenangkan karena sore itu, Dion justru sengaja membully Jaki.
Ia membuang bet milik Jaki dan meninggalkannya sendirian di tepi empang.
Kejadian itu membuat Dion viral. Dia senang karena toh akhirnya bisa terkenal. Tapi, siapa sangka kalau perilakunya ini menjadi asal muasal kesulitan yang dialami juga oleh keluarganya.
Demi memperbaiki keadaan, Dion berupaya untuk mengubah dirinya dan perangainya. Dan sesuai dengan tujuan Ramzan, akhirnya dia bisa mengubah sosok bocah bandel menjadi petarung.
Pingpong Adalah Olahraga Strategi dan Mengenal Diri Sendiri
“Hidup adalah keseimbangan antara mempertahankan dan melepaskan.” - Hal 251
Aku akan bahas poin-poin selanjutnya.
Olahraga Pingpong memang membutuhkan strategi tapi kalau tidak mengenal diri sendiri maka sama saja tidak akan bisa menjadi hebat. Maksudnya bagaimana?
Cukup masuk akal ketika Ramzan menjelaskan bagaimana mereka bisa menghadapi lawan kalau ketakutan dalam diri kita saja tidak bisa kita hadapi. Juga saat dia mengatakan kalau diri pemain tidak dikenali sendiri, maka dia hanya akan mengikuti irama lawan. Dan ini buruk untuk pemain karena bisa mengakibatkan kekalahan telak.
Bagian dalam mengenal diri sendiri termasuk ketika latihan. Melatih kekuatan kaki dan kanan serta fokus. Jika diri sendiri tidak dikenali, maka akan sulit membuat irama sendiri. Mengetahui apakah kaki saat latihan sudah kuat. Akan sulit mengetahui dimana kesalahan saat melakukan gerakan antara kaki, tangan dan fokus mata.
Sebab itu, Pingpong merupakan olahraga yang mengharuskan pemainnya mengenal diri sendiri juga melatih fokus dan kekompakkan olah tubuh.
Dalam berlatih Pingpong, pelatih juga harus tegas. Mulai dari tegas dalam memberikan porsi pemanasan. Tegas dalam mengatur latihan hingga bagaimana ketegasan itu muncul pada mereka saat memutuskan strategi yang tepat agar bisa menang ketika pertandingan.
Salah satu bentuk ketegasan Ramzan adalah ketika dia berusaha membuat Jaki melakukan sesuatu yang berada di luar zona nyamannya Jaki. Ini demi membuat Jaki percaya pada diri dan kemampuannya.
Sehingga, saat nanti ia bertemu dengan lawan mainnya, terutama musuh terbesarnya. Nyalinya tidak langsung ciut.
Bagian Favorit Dalam Novel Ping Pong Fight
Di review novel kali ini aku akan membagikan salah satu bagian favoritku. Yaitu, saat Dion akhirnya mau menyebarkan informasi bahwa olahraga Ping Pong itu seru.
Sebab, sesuai dengan yang ada di cerita. Olahraga ini tidak begitu populer di kalangan generasi muda. Bahkan, cenderung didominasi oleh bapak-bapak yang sudah berumur.
Karena itu, ketika Dion mengajak followernya untuk berpendapat dan mengenal Ping Pong. Ini menjadi bagian favoritku. Seorang anak muda yang punya potensi dalam olahraga, mengenalkan keasyikan dalam olahraga tersebut. Dan itu keren buatku.
Selain bagian ini, aku juga suka saat Dion akhirnya menemukan persahabatan yang positif dan tidak hanya menguntungkan buatnya tapi juga menguntungkan untuk masa depannya.
Pendapatku Tentang Novel Ping Pong Fight
Aku tahu, mungkin banyak yang berpikir kalau aku berlebihan. Tapi, novel ini selain underrated juga setiap acara Semesta Buku selalu menjadi buku yang didiskon.
Sayang sekali padahal cerita Ramzan mendidik bocah-bocah untuk menjadi versi terbaik mereka. Pembuktian Dion menjadi lebih baik serta usaha Jaki yang juga untuk bisa menjadi pemain terbaik. Tidak mendapat sorotan karena kurang terkenal.
Karena itu, kali ini aku ingin mengenalkan cerita Ping Pong Fight dalam review novel kali ini. Berharap, cerita ini dan juga olahraga Ping Pong bisa diminati oleh generasi muda.
Kartu Tanda Buku
Judul : Ping Pong Fight
Penulis : Dyah Riini
Ide Cerita : Djohari Zein
Tebal : 263 halaman
Bahasa : Indonesia
Format : Buku Fisik
Diterbitkan oleh Elex Media Komputindo
ISBN : 9786230015571
Apa Saja Yang Dibahas di Novel Ini?
Akan aku bahas sedikit satu per satu tentang poin-poin menarik di atas.
1. Hubungan Antara Ayah dan Anak
Ada anak yang menyukai Pingpong karena sosok Ayahnya. Ini terjadi baik oleh Ramzan maupun Dion. Keduanya menyukai Pingpong dan sama-sama pernah memiliki masalah dengan sosok Ayah.
Siapa sangka kalau sebenarnya Pingpong dijadikan satu media olahraga untuk menjaga kedekatan sosok Ayah pada anaknya. Kegiatan quality time yang sudah dibangun ini tentu menjadi kenangan yang melekat dan bahkan bisa memicu semangat dalam diri seorang anak.
Tidak heran jika akhirnya baik Ramzan maupun Dion menjadi sosok yang jago dalam Pingpong (meski belum hebat betul tapi sudah bisa melatih dan bertarung di kompetisi). Bahkan, cukup gigih mempertahankan olahraga dan klub Pingpong.
Sebab apa? Tentunya karena Pingpong menjadi kegiatan yang membawa kenangan pada diri mereka akan sosok Ayah.
Cukup dalam memang ketika Ramzan menyeritakan bagaimana ia dahulu pernah membenci Pingpong. Dan kebalikannya Ramzan, Dion yang dahulu pernah mencintai Pingpong justru membencinya karena sosok sang Ayah.
Kebencian itulah yang membuat Dion berlaku seenaknya. Dia tidak peduli dengan apapun asalkan dia bisa melakukan banyak hal semaunya yang tidak bertanggungjawab.
2. Keluarga Menjadi Madrasah Yang Membentuk Karakter Seseorang
Suka atau tidak, disadari atau tidak. Keluarga dan lingkungan akan membentuk karakter seseorang. Jika dia berasal dari keluarga yang harmonis, tentu seringnya membentuk karakter anak yang memiliki mental kuat.
Meski tidak dipungkiri ada yang tumbuh di lingkungan dan keluarga yang rusak, tapi masih bisa bertahan untuk menjadi baik dan kuat. Ini pun tetap ada pengaruh ‘peran’ sosok lain yang akan membantunya membentuk karakter tersebut.
Di dalam novel ini, sosok Jaki digambarkan sebagai anak yang selalu berusaha untuk menghindar dari masalah. Meski sudah berusaha semaksimal mungkin. Tetap saja dialah yang justru banyak masalah seperti dibully.
Tersirat dari situasi yang digambarkan oleh Ramzan saat Jaki terluka. Sang Ibu justru menganggap bahwa pergi ke dokter akan menimbulkan masalah. Saking tidak maunya memiliki masalah, bahkan Ibunya sering mengambil keputusan yang membuat Jaki akhirnya menjadi anak yang penakut.
Menghindari diri dan melindungi diri agar tidak membuat masalah memang benar. Tapi, pada akhirnya justru tindakan berlebihan membuat karakter seseorang jadi selalu ingin lari dari masalah.
Demikian juga terjadi pada Jaki. Dia selalu lari dari masalah. Jaki selalu lari saat berhadapan dengan Gora. Karena, bagi Jaki, Gora adalah masalah. Dan tentunya, gertakan sambal dari Gora, menjadi masalah pada Jaki yang membuat nyalinya ciut dan membuatnya kalah pada pertandingan.
Jujur, pembelajaran banget untuk berhati-hati dalam bersikap apa lagi mengambil keputusan. Karena bisa berpengaruh pada karakter anak. Keraguan dan ketakutan sudah ada pada manusia, hanya saja bisa menjadi boomerang jika intensitasnya terlalu sering.
3. Tipe Persahabatan Seperti Apa Yang Sehat?
Dalam setiap buku self development, selalu ada bahasa bahwa Manusia Sering Melakukan Hubungan Yang Transaksional.
Maksudnya adalah mencari manfaat dalam sebuah hubungan. Jika hubungan tersebut tidak bermanfaat malah memiliki banyak mudharat. Itu berarti hubungan tersebut harus diakhiri.
Nah, di sinilah dua jenis persahabatan disajikan. Persahabatan Dion dengan Ricky dan Sherly. Juga persahabatan Jaki dengan Eggy, Vivi dan Gian.
Persahabatan antara Jaki dan teman-temannya di Klub Pingpong tentu didasari dari kesukaan akan Pingpong. Bahkan, kondisi klub yang tidak begitu hebat baik tempat latihannya maupun kendaraan yang mereka miliki. Menjadikan persahabatan mereka erat karena berusaha menjaga keberadaan klub tempat mereka berlatih dan menghabiskan waktu bersama.
Berbeda dengan persahabatan Dion yang tentunya didasari saling menguntungkan. Di sini, Dion butuh teman karena anggota keluarganya tidak ada yang peduli padanya. Ia kesepian. Di sisi lain, Ricky dan Sherly mau menemani Dion karena keduanya diuntungkan dengan materi.
Hubungan mana yang akhirnya bertahan? Tentu sudah bisa ditebak. Tapi, kedua jenis hubungan persahabatan ini cukup realistis.