Review Novel The Red Palace June Hur
Novel The Red Palace Karya June Hur
Penggemar slow burn romance, mari merapat. Ada novel yang mungkin belum dibaca dan masih masuk dalam radar pantauan. Dan ragu untuk memulai karena termasuk novel hype. Wajar kalau ragu apalagi karena takut terlalu nge-hype padahal biasa aja.
Awalnya, aku juga berpikir seperti ini. Benar-benar murni mencoba mencari tahu, seperti apa sih novel yang digadang-gadang beberapa teman bookstagram sebagai novel yang page-turner abis.
Mulailah aku mencoba membaca beberapa bab gratisan di Playbook. Kemudian, berakhir dengan membelinya karena ternyata memang menarik.
Kisah Perawat Istana dan Inspektur Polisi Muda Membongkar Pembunuhan
Berawal pada sekitar tahun 1758 cerita ini dimulai. Seorang Tabib bernama Nanshin mengajak dua orang perawat untuk masuk ke dalam istana saat jam malam sudah dimulai. Ditambah, konon pintu gerbang akan dikunci pada malam itu. Yang menandakan tidak akan ada siapapun bisa keluar masuk istana dengan alasan apapun sebelum pintu gerbang dibuka kembali.
Kisah berlanjut dengan berita tentang kematian empat perawat di Hyeminso tewas dibunuh. Pembunuhannya sangat keji. Korban tewas akibat luka sayatan pada kerongkongan dan beberapa sayatan lain di tubuh.
Hal lain yang menjadi fokus utamanya adalah Perawat Jeongsu yang kemudian dijadikan tersangka akan kasus pembunuhan ini. Hyeon, tokoh utama wanita di The Red Palace, yakin kalau Perawat Jeongsu bukanlah pelakunya. Sebab, selain ia menghormati gurunya ini, ia juga sangat mengenal sosoknya.
Keraguan akan tuduhan pada Perawat Jeongsu dan keinginan untuk membuktikan bahwa gurunya tak bersalah. Membawa Hyeon pada rasa penasaran dan membuatnya bergerak untuk melakukan penyelidikan seorang diri.
Kala ia sedang mencari tahu dari informasi yang ia curi dengar di TKP. Ditambah ia juga mengecek kondisi jenazah. Ia bertemu dengan inspektur muda yang bernama Eojin. Awal mulanya, lelaki ini mencurigai Hyeon bahwa ia memiliki niat terselubung. Namun, kesamaan visi dan misi akhirnya membuat keduanya bersama-sama mencari tahu mengenai pembunuhan ini.
Bahkan, tak lama berselang, dua perawat lainnya juga tewas dibunuh. Satu sempat masih hidup namun mendapat luka yang parah hingga akhirnya meninggal sebelum memberi informasi apapun. Dan kedua perawat ini tewas di lokasi yang berjauhan dari Hyeminso.
Kabar merebak bahwa pembunuhan dilakukan oleh Putra Mahkota. Yang membuat keluarga kerajaan menjadi kalang kabut. Dan kondisi di Istana menjadi menakutkan dan menegangkan. Setiap orang yang berada di istana mencurigai satu sama lain sebagai tersangka.
Kartu Tanda Buku
Judul : The Red Palace
Penulis : June Hur
Tebal : 386 hal
Bahasa : Indonesia Terjemahan
Diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama
ISBN : 9786020676609
Bisa dibeli di Sini
Apa Yang Menarik Dari Kasus Pembunuhan Ini?
Daya Tarik Lain Dari Kisah Pembunuhan
Selain rasa penasaran akan motif pembunuhan, siapa pelakunya dan benarkah Putra Mahkota yang melakukannya?
Ada beberapa hal yang juga sama menariknya. Salah satunya adalah kondisi sosial di Korea pada masa itu. Beberapa peraturan yang dibuat seperti perempuan dibolehkan keluar pada malam hari. Namun, justru lelaki yang dilarang untuk keluar karena bisa mendatangkan keributan. Sehingga, tidak ada yang curiga ketika Hyeon keluar saat tengah malam. Atau ketika Perawat Jeongsu keluar mencari udara pada malam sebelum pembunuhan terjadi.
Kemudian, kondisi anak-anak yang terlahir dari hubungan bangsawan dengan wanita penghibur. Mereka dilabeli anak haram dari rakyat jelata yang dilabeli vulgar. Banyak dari anak-anak tersebut tidak diakui oleh Ayah mereka. Sama seperti Hyeon yang lahir dari rahim seorang wanita penghibur. Ayahnya yang seorang bangsawan, sering merendahkan Hyeon dan tak mengakuinya sebagai anak perempuannya.
Di sinilah, Hyeon selalu berusaha mencari validasi dan kasih sayang dari Ayahnya. Dengan beragam upaya, salah satunya dengan menjadi perawat istana agar sang Ayah bangga padanya. Meski kenyataannya tetap saja ia tidak mendapat pengakuan apapun justru semakin sering dibenci.
Tak hanya itu, sebuah peraturan tentang perawat istana yang tidak boleh menikah. Sebab, perawat yang bekerja di istana berarti mereka milik Raja yang berkuasa. Jadi, tidak boleh bagi mereka untuk berhubungan dengan lelaki lain tanpa sepengetahuan kerajaan. Jika dilanggar tentunya nyawa mereka akan melayang.
Suasana khas Korea di masa lampau sangat kuat dan menjadikan latar cerita yang mengesankan dalam kisah Hyeon dan Eojin. Keterbatasan dalam investigasi karena minimnya perlengkapan dan sumber, membuat pelaku tidak bisa langsung tertangkap. Ditambah pada masa itu banyak sekali issue sosial yang tengah merebak hingga peraturan yang bertentangan dengan kerajaan. Membuatku sulit untuk berhenti sejenak selama membaca novel ini.
Fakta Yang Menginspirasi Kehadiran Novel Ini
Ada satu hal lain yang menjadikan novel ini akhirnya menjadi novel favoritku yaitu kisah The Red Palace terinspirasi dari cerita sejarah kelam di Korea. Terutama yang menimpa Pangeran Sado.
Dalam sejarah, terdapat dua versi terkait Putra Mahkota Jangheon. Dahulu, sejarah mencatat bahwa Putra Mahkota melakukan banyak pembunuhan. Dan demi mencegah Pangeran dihukum, akhirnya Raja memasukkannya ke dalam peti hingga ia mati karena kelaparan.
Konon, ada beberapa versi yang mengatakan kalau Pangeran melakukannya karena mengalami gangguan jiwa. Ada pula yang mengatakan ia emosi dengan peraturan yang ada. Namun, fakta tentang Putra Mahkota yang melakukan kejahatan ini tercatat dalam sejarah Korea.
Karena kesedihan yang mendera Raja setelah Putra Mahkota meninggal dunia. Ia tak pernah mengungkit apa lagi menyebut namanya. Barulah, ketika cucunya Raja, anak dari Putra Mahkota Jangheon yang kemudian naik takhta nama Pangeran kembali disebut.
Fakta inilah yang menginspirasi kisah Pangeran yang ada di The Red Palace ini. Serta tuduhannya. Dan June Hur sendiri merekomendasikan pembaca untuk berkenalan dengan buku Memoir Lady Hyegyeong yang merupakan istri sang Pangeran jika membutuhkan literasi terkait Pangeran Sado.
Pendapat Tentang The Red Palace
Novel ini masuk ke dalam novel favorit yang aku baca selama tahun 2024!
Jika kamu suka dengan trope slow burn romance, kamu bisa baca novel ini. Dan novel The Girl Who Fell Beneath the Sea.
Jujur ya, interaksi Eojin sama Hyeon di novel ini tuh manis banget. Enggak berlebihan sampe bikin luber. Tapi, bikin penasaran sampai akhir. Termasuk happy ending dengan penyelesaian konflik yang cukup bikin sedih dan haru.
Selama membaca The Red Palace, aku tuh sampai menandai banyak banget kutipan sampai scene berharga ketika penyelidikan. Biar gak ketinggalan informasi dan bingung dengan clue-clue yang muncul.
Selain interaksi Hyeon sama Eojin, di beberapa bab menuju akhir. Aku mendapati interaksi Hyeon dan Ibunya juga menarik. Apalagi ada banyak hal yang disembunyikan sang Ibu yang kemudian hari membuat Hyeon baru mengetahuinya.
Dan kutipan favorit ini jatuh ke :
“Manusia itu ulet. Kita tidak ingin mati. Kita punya insting yang sangat kuat untuk bertarung dan bertahan hidup. Jadi, hampir selalu ada luka-luka pertahanan diri pada korban penikaman, kecuali korban tidak mampu melawan.”
“Ajaran Konfusius memungkinkan seseorang untuk bertumbuh dalam kebajikan dan mengembangkan kebaikan manusia.”