Review Novel The Jolly Psychopath Penerbit Baca
Pecinta thriller misteri, sepertinya jangan sampai melewatkan novel terjemahan dari Korea ini. Terbit tahun 2024 dan termasuk kategori thriller untuk remaja. Sehingga, kisah yang diangkat meski memuat misteri, tetap ringan diikuti.
Ditambah terjemahannya yang enak diikuti. Dan pengemasan ceritanya yang menggunakan
Pov pertama ini membuat pembaca bisa eksplorasi kehidupan di desa tempat Yongin diadopsi. Bagaimana manusia dari sudut pandang seorang remaja.
Oiya, novel ini memiliki plot twist yang mungkin beberapa sudah ketebak. Tapi, ada banyak hal lainnya yang cukup menarik.
Kartu Tanda Buku
Judul : The Jolly Psychopath
Penulis : Ki Yoonseul
Tebal : 292 halaman
Diterbitkan oleh Penerbit Baca
ISBN : 9786238371266
Link Pembelian : di sini
Bagaimana Kisah The Jolly Psychopath Ini Dimulai ?
Yongin besar di panti asuhan. Tapi, dia tidak menghabiskan masa golden age-nya di sana. Dia masih bersama Ibunya hingga usia enam tahun. Memang masih termasuk golden ae, tapi melewati lima tahun masa pentingnya.
Ia dititipkan di panti asuhan oleh sang Ibu. Dengan janji bahwa suatu hari nanti, ia akan dijemput. Meski hingga ia masuk SMP, tetap sang Ibu belum menjemputnya. Bahkan, orang tua adopsi pun enggan.
Hingga suatu hari, ada sepasang suami istri datang dan meminta Yongin untuk menjadi anak adopsi mereka. Dan inilah hari bersejarah dimana Yongin yang selalu berusaha melakukan yang terbaik memiliki keluarga lagi. Ia bersemangat sekali hari itu tanpa tahu nantinya akan seperti apa.
Ternyata, tujuan ia diadopsi adalah untuk menemani anak Pak Yoon Jangpal dan Bu Namgoong yang bernama Dongju. Kak Dongju ini dikenal sebagai psikopat. Dan jika Yongin berniat untuk kabur, maka dia akan dibunuh, demikian kelakar keluarga itu.
Di rumah yang berada di pedesaan ini, Yongin tinggal bersama keluarga angkatnya. Suami istri Pak Yoon dan Bu Namgoong, anak mereka Kak Dongju dan kakeknya kak Dongju. Sang Kakek ini mengidap penyakit demensia.
Kisah seberapa psikopat Kak Dongju ada banyak. Mulai dari membunuh adiknya, membuat dokter Kim kecelakaan dan kemudian berlari ketakutan hingga terlempar dari lantai 12. Juga menyebabkan kematian Pak Kim, tetangga mereka di desa.
Tak lama, kak Dongju dipenjara. Namun, dengan keyakinan penuh, Kak Dongju mengatakan pada Yongin bahwa ia tak bersalah. Dan mengancam Yongin jika ia tidak berhasil membuatnya keluar dari tahanan.
Bagaimana Keadaan Yongin Setelah Diadopsi ?
Novel ini berhasil membuat pembaca berspekulasi dan berasumsi liar. Meski tetap heran sebab, dikatakan psikopat tapi perilaku kak Dongju tidak menunjukkan gejala tersebut.
Sebagai anak yang pada akhirnya berhenti sekolah karena penyakit psikopat yang didiagnosa oleh dokter Kim. Kak Dongju diminta untuk tidak banyak bersosialisasi. Hingga membuatnya tidak banyak memahami apapun di dunia.
Kak Dongju tidak mengerti banyak hal. Ia tampak semakin menyebalkan bagi Yongin karena bahkan tak mengerti arti Yatim Piatu. Dengan lantang ia mengatakan bahwa ia Yatim Piatu di depan Ibu Yangsun. Ketidakpahaman inilah yang membuat Yongin semakin kesal, karena ketika Bu Yang Sun mengetahui kebenarannya, ia kemudian menampakkan rasa marah.
Tak hanya itu, Kak Dongju senantiasa mengganggu Yongin. Terlebih keduanya tidur di kamar yang sama tapi mereka membentangkan tirai pemisah. Dengan tujuan agar masing-masing masih terjaga privacynya.
Kebodohan kak Dongju dan semua hal yang terjadi di desa tersebut. Semua akhirnya mengarah pada kakak angkat Yongin ini. Terlebih pembunuhan yang terjadi membuat kak Dongju tidak memiliki alibi yang kuat. Dan bukti tapak sepatu kak Dongju dijadikan bukti tunggal untuk memasukkannya ke penjara.
Kehidupan Yongin berubah drastis. Ia harus berjuang demi mengeluarkan kakaknya dari penjara. Di sisi lain harus tetap menjaga perasaan bapak ibu angkatnya. Ditambah, ia tak mendapat kabar dari sang Ibu.
Pendapat Pribadi Tentang Novel The Jolly Psychopath
Waktu mendapati kebenaran yang tersembunyi dari kejadian yang dialami Dongju. Aku sudah bisa menduga terkait kematian adiknya. Tapi, aku simpan hingga kebenaran itu datang sendiri.
Namun, ternyata kisah di dalam Novel ini bukan hanya itu. Ada banyak pesan moral yang bisa dijadikan pelajaran.
Pelajaran pertama adalah bukti bahwa Toxic Positivity itu ada. Orang yang tampak optimis tapi pada sesuatu yang salah itu tentu akan membingungkan. Seperti Pak Jangpal, menurut Yongin bapak angkatnya ini punya switch kebahagiaan yang banyak.
Pak Jangpal selalu berkelakar bahwa hutangnya hanya 10 juta won. Toh, ketika naik menjadi 20 juta won, ia hanya berganti panggilan saja. Kemudian, ia berkata kalau yang punya hutang lebih banyak dari dia itu ada. Sehingga, ia optimis menjalani hidup apa adanya saja meski hutangnya belum ketutup bahkan hingga bertahun-tahun kehidupan.
Dikatakan Toxic positivity bagiku adalah optimisme pak Jangpal yang menganggap bahwa hidup dengan hutangnya itu masih lebih baik dibanding hutang yang banyak. Ini terkesan aneh olehku. Sebab, lebih baik hidup makmur tanpa hutang tanpa harus membandingkan seberapa banyak hutang yang dimiliki dengan orang lain.
Di lain sisi, kak Dongju yang tak bersekolah juga karena berasal dari keluarga petani yang biasa saja. Tidak berpendidikan sepertinya. Bahkan, tidak memiliki keinginan untuk belajar dan berusaha seperti Yongin. Keinginan belajarnya tidak besar, ia hanya ingin masuk kuliah dan jatuh cinta, itu saja.
Tapi, aku pun menyadari bahwa ada kalanya Yongin ini juga hampir sedikit mirip dengan keluarga angkatnya. Dalam hal ini, optimisme-nya yang agak aneh menurutku. Jadi, seperti hukum tarik menarik, bahwa orang pun akan menarik orang sejenisnya untuk mendekat.
Buatku pribadi novel ini cukup ringan dan tidak berat tema yang diangkat. Ada pejabat korup, ada kebusukan perilaku manusia dan tentunya ada dia yang membuat semua menjadi jelas. Siapa dia? Ada deh, silakan dibaca saja yaa. Novelnya cukup menyenangkan untuk diikuti.