Mengapa Harus Istiqomah Dalam Islam?

Kata istiqomah sering terdengar di masyarakat, baik bersanding dengan ibadah maupun dengan aktivitas atau kebiasaan baik lainnya. Terkadang disandingkan dengan kesehatan seperti “istiqomah berolahraga”. Ada juga yang disandingkan dengan kata semangat berkegiatan seperti “istiqomah ikhtiar”. Pun sering terdengar juga nasihat, “jadi orang itu harus istiqomah biar sukses.” Beberapa kali juga saya mendengar kalimat ini dari guru-guru saya, “sebagai pelajar, kalian harus istiqomah.”
Jadi, sebenarnya apa itu istiqomah? Dan bagaimana istiqomah ini berkaitan juga dengan kesuksesan yang meliputi sukses dunia dan akhirat?
Saya akan menuliskan beberapa rangkuman yang saya dapat dari buku yang sudah tuntas saya baca.
Kartu Tanda Buku
Judul : Istiqomah Konsekuen & Konsisten Menetapi Jalan Ketaatan
Penulis : Yazid bin Abdul Qadir Jawas
Tebal : 114
Bahasa : Indonesia
Format : Buku fisik
Penerbit : Pustaka At-Taqwa
ISBN : 9789791661324

Istiqomah Sebuah Konsekuensi dan Cara Untuk Konsisten
Sebelum memasuki topik pembahasan mengenai buku Istiqomah karya ustaz Yazid bin Abdul Qadir Jawas rahimahullahu. Saya mau menginformasikan bahwa pembahasan dalam buku ini mengerucut ke dalam topik istiqomah dalam beragama dan beribadah.
Namun, dari kata istiqomah ini, tentu bisa menjadikan seseorang yang menjalankannya bisa sukses dunia dan akhirat.
Apa Itu Istiqomah Sebenarnya?
Menurut syari’at atau istilah, Istiqomah berarti meniti jalan yang lurus di atas agama Allah (islam), tidak menyimpang, baik ke kiri atau ke kanan. Juga mencakup seluruh ketaatan yang terlihat dan tersembunyi. Meninggalkan seluruh yang dilarang baik yang terlihat maupun tersembunyi. Pengertian istilah ini terdapat di halaman 17, dinukil dari Jaami’ul Uluum wal Hikam (I/510).
Istiqomah ini sendiri tidak hanya berupa istilah yang merujuk pada aktivitas atau kegiatan dalam beribadah. Tapi, juga meliputi seluruh anggota tubuh manusia. Seperti kutipan di halaman 68 ini :
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tidak akan istiqomah iman seseorang sampai hatinya istiqomah, dan tidak akan istiqomah hati seseorang sampai lisannya istiqomah.” - HR. Ahmad (III / 198)
Dalam buku ini, konsep istiqomah dibagi menjadi beberapa bab terpisah. Pembahasan pertama tentang istiqomah yaitu dari Istiqomah Iman. Pembuka pembahasan tentang Istiqomah ini berawal dari keberadaan hadits tentang istiqomah yang shahih. Diriwayatkan oleh Muslim no.38 kemudian Ahmad (III/413; IV/384-385), at-Tirmidzi no.2410, dan banyak perawi lainnya. Terdapat di catatan kaki pada halaman 9.
Isi dari hadits tersebut secara ringkas yaitu Nabi shallallahu alaihi wasallam menjawab pertanyaan dari Abu Amrah Sufyan, “Katakanlah, AKU BERIMAN KEPADA ALLAH, kemudian istiqomahlah.”
Sebuah jawaban yang singkat namun berisi pokok-pokok ajaran islam yang berkaitan juga dengan iman dan istiqomah.
Karena itu, sesuai dengan hadits sebelumnya terkait istiqomah iman. Maka pembahasan dimulai dengan mengerucutkan perkara iman di dalam islam.
Islam adalah agama yang mengajarkan tauhid dan ketaatan. Iman yang dinukil dari hadits di atas yaitu perkataan dengan lisan, keyakinan dengan hati dan amalan anggota badan, ini adalah penjelasan dari Syaikh Shalih Al-Fauzan hafizhohullahuta’ala.
Penjelasan lebih lanjut di halaman 13, seseorang dinilai tidak cukup beriman jika dengan hatinya saja. Bahkan, tidak istiqomah seseorang jika hanya dinilai dari satu perkara. Sebab, iman dan istiqomah meliputi tiga perkara :
- Perkataan dengan lisan
- Keyakinan dengan hati
- Amalan dengan anggota badan
Bahkan, penjelasan ini juga terdapat dalam surah Huud ayat 112, artinya :
“Maka tetaplah engkau (Muhammad) (di jalan yang benar), sebagaimana telah diperintahkan kepadamu…”
Dan dilanjut pada ayat yang sama firman Allah, “dan janganlah kamu melampaui batas” sebagai bagian bahwa istiqomah itu tidak boleh berlebihan dan tidak boleh menambahkan suatu perkara apalagi menguranginya.

Apa Maksud Dalam Istiqomah di Jalan Yang Benar Dan Jangan Melampaui Batas?
Pembahasan ini disebar di beberapa bab. Seperti dikutip dari halaman 21 tertulis pada bagian tulisan yang di-bold. Manusia diperintahkan untuk berbuat yang lurus dan berlaku tepat sesuai dengan kebenaran menurut kemampuannya. Pernyataan ini terdapat dalam Syarah Riyadhus Shalihin (I/573-574).
Imam Qurthubi rahimahullah mengatakan “Berlaku luruslah dalam ketaatan kepada Allah dengan keyakinan, perkataan dan perbuatan. Dan Senantiasa di atas itu semua.” Terdapat dalam Tafsir al-Qurthubi (IV/417).
Kajian terkait Jangan Melampaui Batas ini masuk ke dalam bab perkara yang dapat menghilangkan istiqomah. Sebab, beberapa perkara yang dikurangi ataupun dilebihkan ini masuk ke dalam kategori hal yang bisa membuat kemampuan istiqomah menghilang dari seseorang.
Salah satu pembahasan mengenai hal ini terdapat di poin keenam halaman 93. Bahwasanya, Syubhat dan Syahwat merupakan penghambat bahkan pencegah dan penghalang seseorang dari istiqomah hingga akhir hayatnya.
Pernjelasan ini diperkuat dengan firman Allah subhaanahuwata’aala di surah Al-An’aam ayat 153, artinya
“Dan, sungguh inilah jalan-Ku yang lurus. Maka ikutilah! Jangan kamu ikuti jalan-jalan (yang lain) yang akan mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya”
Tindakan Syahwat ini merupakan hal yang berlebihan dalam kehidupan duniawi, seperti harta berlebihan sehingga manusia lebih condong terhadap dunia, kedudukan yang membuat manusia sombong dan lalai. Pujian yang membuat seorang manusia lupa bahwa semua nikmatnya berasal dari Allah. Sanjungan yang membuat seseorang sombong dan cinta dunia. Hingga wanita yang membuat seseorang tidak lagi malu terhadap Allah yang menciptakannya.
Sementara Syubhat termasuk dalam perkara amalan yang membuat sesat, maksiat yang dilakukan tanpa merasa bersalah dan merasa bahwa tindakannya itu masih kecil. Bid’ah dalam beribadah yang tidak diajarkan dan tidak shahih dalilnya. Kezaliman yang sering dilakukan tanpa mau bertaubat. Pemikiran yang sesat terhadap syari’at islam.
Tindakan-tindakan yang dalam menghilangkan bahkan mencegah seseorang untuk bisa istiqomah cukup banyak dibahas. Dan sangat jelas karena didukung dengan hadits dan firman Allah sehingga tidak meninggalkan keraguan sedikit pun.

Apa Manfaat Yang Diterima Setelah Membaca Buku Ini?
Kalau dibilang manfaat, tentunya bukan sekadar manfaat akhirat, tapi juga ternyata ada manfaat untuk aktivitas di dunia. Seperti :
- Semangat dalam mencari teman yang soleh/solehah yang bisa menjadi penyemangat dalam istiqomah berada di atas Alquran dan Sunnah
- Jadi memahami bahwasannya setiap mengamalkan sesuatu, jangan sampai bergantung pada amalan tersebut. Tapi, harusnya bergantung pada Allah bahwa amalan dan ketaatan yang sudah dilakukan semuanya karena rahmat dan karunia Allah padaku sehingga dimudahkan dalam beramal.
- Mendapat beberapa doa yang shahih terkait meminta agar Allah memerikan petunjuk dan menetapkan di jalan yang lurus. Sehingga bisa selamat hingga menempuh perjalanan shiratal mustaqim.
- Mendapat penjelasan yang sangat mudah dicerna terkait istiqomah sesuai kemampuan. Bahwasannya sesuai kemampuan itu bukan seadanya. Tapi, sesuai usaha maksimal yang harus diupayakan setiap hari agar nilainya mendekati sempurna.
- Nah, kekurangan dalam upaya agar maksimal dalam beribadah ini tetap bisa ditutup dengan istighfar dan perbanyak taubat agar bisa kembali istiqomah hingga akhir nanti.
- Menjadi paham juga bahwasannya akhir hayat nanti bukan saja saat kematian datang. Tapi, juga meliputi hingga menempuh shiratal mustaqim kelak di akhirat.
- Menjadi paham dan semangat bahwasannya dengan berlelah-lelah dan berupaya untuk istiqomah ini akan mendatangkan malaikat saat kematian menjemput hingga saat dibangkitkan kelak. Dikutip dari halaman 25 :
“Para malaikat itu memberikan rasa aman dari ketakutan ketika kematian menjemput, menghilangkan kesedihannya dengan sebab berpisah dengan anaknya karena Allah adalah pengganti dari hal itu, memberikan kabar gembira berupa diampuninya dosa dan kesalahan, diterimanya amal, dan kabar gembira berupa Surga yang belum pernah dilihat mata, belum pernah didengar telinga dan belum pernah terlintas dalam hati manusia”. - Tafsir Ibni Katsir (VII/177)
Penutup
Setelah membaca buku ini. Semakin banyak hal yang ingin dibenahi dan semakin semangat untuk terus belajar dan berupaya menjaga keistiqomahan baik iman, lisan bahkan amalan. Bahkan, dari bab keutamaan istiqomah pun jadi semangat sebab ada garansi dari Allah bahwa hidup akan menjadi lebih mudah dijalani selama istiqomah di atas agama dan syariatNya.
0Komentar